Langkah Kongkrit Memulai Bisnis tanpa Modal ~ Sarwandi Eka Sarbini -Mr.Magicvator-

Monday, December 26, 2016

Langkah Kongkrit Memulai Bisnis tanpa Modal

Saat itu lagi nemenin petugas PDAM perbaiki pipa yang bocor di rumah, mahasiswa ini menelpon untuk dapat pencerahan lebih lanjut setelah baca Buku The Miracle of You. Buku ini memang buat para Start Up Business, ya bukan untuk mereka yang udah 5 tahun ke atas yang sudah fokus dalam bisnis. Kecuali, Anda memang rendah hati mau belajar lagi. Saya salut.

Nah kurang dan ada juga lebih, begini percakapan kami. Anggap Mahasiswa (M) dan Saya (S):

M: Assalamu'alaikum.
S: Wa'alaikum salam

M: Saya xxxxx dari Pekanbaru mau konsultasi nih Mas. Apa ada kesempatan?
S: Silakan. (Sambil memerhatikan Petugas PDAM kerja)

M: Saya mahasiswa nih Mas, mau mulai usaha, tapi nggak punya modal.
S: Oh iya. Nggak apa-apa. Kamu punya skill?

M: Ada sih kak, di bidang komputer. Tapi, belum ahli banget.
S: Nah, buka deh jasa belajar komputer di kalangan anak-anak SMP atau SMK dulu. Cari kalangan yang lebih tidak tahu daripada kita. Bukan peserta yang kuliah, apalagi ngajarin programer. Hehe. Punya laptop?

M: Haha. Oh iya ya. Ada Mas.
S: Nah, itu modal awalnya, nggak pakai duit lagi buat beli laptop lagi. Kalau nggak punya. Kan bisa ajarkan di laptop peserta masing-masing.

M: Yayaya. Lalu Mas?
S: Buka jasa privat di rumah peserta aja, maksimal 2 peserta dalam satu rumah. Jadi, nggak perlu sewa tempat, ruko, dan macam2 dulu. Nah, apa kebutuhan peserta? Mau belajar Office, Design, atau apa saja? Nah, itulah yang diajarkan.

M: Tapi, maaf Mas. saya masih sedikit tahu tentang design Mas.
S: Ya nggak apa-apa. Ajarkan yang bisa aja dulu. Cari peserta yang mau diajar Office aja dulu. Diajarkan Word, Excel atau Power point. Karena masih banyak yang tahu menggunakan ketiga aplikasi itu.

M: Siap Mas. Lalu, berapa biaya yang saya pasang untuk jasa privat.
S: Tergantung. Bisa dari 100ribu - 350ribu perbulan. Lihat kondisi dulu, sesuaikan kemampuan orang tua peserta. Closing orang tuanya. Seperti melamar, jangan ke calon pengantinnya, tapi ke orang tuanya dulu, biar jembatannya terbuka. Anak-anak biasanya ngikut aja kalau dibiayain.

Proses belajar: ada 2 kali pertemuan seminggu. Setiap pertemuan maksimal 2 jam, cukup. Nah, buat schedule dengan peserta sesuai waktu luangnya. Dan cocokkan dengan jadwal luangmu juga. Biar nggak bertabrakan dengan jadwal kuliah.

M: Hihi. Siap Mas. Kalau banyak yang mau diajar nih, peserta privat makin banyak yang minat dengan beragam kebutuhan. Bagaimana dengan saya yang ilmunya masih pas-pasan?
S: Nah, itu tanda jasamu mulai dikenal. Saat itu mulai Rekrut mentor atau tentor atau tutor. Begini polanya:

- Kalau kita banyak calon peserta butuh belajar design dan kita lemah di design, maka rekrut anak-anak Mahasiswa yang jago design dan lagi butuh duit (penghasilan) untuk dijadikan mentor, lalu aturkan jadwal calon peserta dan si mentor.

- Begitupula kalau ternyata ada calon peserta yang butuh Jasa di bidang lain, Kursus Bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya, rekrut anak sastra di kampus jadi mentor.

- Kalau peserta mau jago berpidato, rekrut para pendemo di jalan jadi mentornya, atau public speaker yang sudah standar lokal.

- Kalau peserta ingin jago nyalon (rambut), rekrut aja bencong jadi mentornya. Hehe.

- Buat sistem bagi hasil dengan mentor-mentornya. Bukan gaji. Karena belum pasti omzet dan tak ada legalitas serta tak ada tempat yang pasti.

- Nah, sistem bagi hasilnya, boleh 50:50. Contoh, satu peserta harus bayar 300ribu. Maka, 150ribu untuk mentor. Untuk kamu sebagai fasilitator, marketer, dan penyedia jasa, dapat 150ribu. Pas?

- Lalu, di situ kumpulkan kesan-kesan menarik apa dari para peserta terhadap para mentor yang kamu utus di rumah masing-masing peserta.

- Kalau positif, pertahankan kerjasama dengan mentor. Kalau perlu buat akad nantinya. (Ini akan dibahas nanti aja).

- Kalau respon biasa aja, berarti ganti mentor, itu akan jadi virus buat mentor yang bagus. Nilai lebih yang kita jual adalah mentor-mentor yang punya kesan positif saja.

M: Wah, iya juga ya Kak. Lalu, apalagi yang harus saya lakukan?
S: Begini. Laksanakan dulu langkah-langkah di atas. Seminggu kemudian, kalau udah mulai jalan. Telpon saya kembali. Maka step berikutnya akan saya paparkan.

M: Siap Kak! Makasih banyak inspirasinya Kak.
S: Baik, baik. Take Action ya... Saya tunggu kabar berikutnya. Suka dan duka saya siap tunggu. Biar bisa tahu progress-nya.

Nah, demikian percakapan pertama saya dengannya. Insya Allah, kapan-kapan akan saya sambung bagaimana langkah berikutnya. Mau temukan pola yang lebih dari yang di atas?

Saya tunggu respon Anda. Silakan #Share tulisan ini dan kirim komen, "MAU" untuk mendapatkan next step dari percakapan di atas. Kalau sudah ada 100 orang yang kirim komentar, saya akan kirim lagi langkah-langkah lebih kongkrit lagi serta sudah teruji. Sehingga penghasilan (profit bersih) awal bisa 3-5 Juta perbulan. Omzet 10 juta-an. Lumayan? Sedaaaap, buat start-up. Hehehe.

Yang udah omzet ratusan juta. Abaikan kisah ini. Sudah basi!

0 comments:

Post a Comment