(Saya pernah mengirim artikel ini di salah satu redaksi harian Sulawesi Selatan, yakni koran Radar Selatan. Well, selamat membaca)
----------------------------
Saat ini sedang marak-maraknya membahas otak kanan, baik melalui artikel, buku, seminar maupun training. Sebenarnya otak kanan itu apa? Dan otak kiri itu apa? Saya yakin, sebagian dari Anda yang membaca tulisan ini pasti tahu sedikit/banyak tentang kedua belahan otak ini. Saya punya pertanyaan, ngomong-ngomong, mana sih yang lebih bagus, otak kanan atau otak kiri? Nah, betul sekali. Yang bagus adalah otak kanan ya. Dan otak kiri.
Jadi, keduanya bagus. Otak kanan itu bagus. Otak kiri juga bagus. Yang nggak bagus apa? Kalau nggak punya otak, itu yang nggak bagus! Hehe.
Kembali pada tema. Otak kanan saat ini makin marak diseminarkan, bahkan ditulis dalam buku, dan juga dibuat dalam pelatihan. Hanya, seringkah kita mendengar istilah buku otak kiri, seminar & pelatihan otak kiri? Saya yakin istilah ini Anda belum pernah mendengarnya. Padahal, ternyata setiap hari yang dulunya kita bersekolah dari SD, SMP, SMA, S1, S2, S3, S4 hingga "S teler" sekalipun (ups, mana ada ya? Hehehe), kita sebenarnya selalu mengasah otak kiri kita. Karena belahan otak ini terkait erat dengan logika, analisis, rasio, dan semua hal tentang IQ (Intelligence Quotient). Orang-orang yang kuat otak kirinya pasti dihargai dengan peringkat atau ranking di sekolah. Dan di dunia ini, pengguna otak kiri didominasi hingga 80%. Sisanya? Mereka inilah golongan kanan (otak kanan) yang jumlahnya minoritas.
Terus, pendidikan otak kanan itu apa? Apakah Anda pernah bersekolah di TK (taman kanak-kanak)? Kalau iya, berarti itulah pendidikan otak kanan, membahas tentang gambar, permainan, rasa dan semua yang terkait dengan EQ (Emotional Quotient). Seringkah kita mendapatkan ini di jenjang sekolah berikutnya? Bisa iya, bisa tidak. Tapi fakta membuktikan, pendidikan telah mengabaikan nilai-nilai otak kanan. Semua terfokus dengan otak kiri.
Pelajaran seni dan olahraga saja yang masih ada unsur otak kanannya. Selebihnya otak kiri. Makanya, kita makin kiri ketika semakin tinggi jenjang pendidikan kita. Ya, bisa kita katakan TK itu singkatan dari "taman kanan-kanan". Sedangkan perguruan tinggi itu memiliki plesetan, "perguruan kiri". Hehehe. Memang begitulah kenyataannya. Setuju?
Apa peranan otak kanan dalam kehidupan sehari-hari? Wah, jangan ditanya. Sangat banyak! Penelitian membuktikan, bahwa otak kanan 80% menentukan faktor kesuksesan seseorang, 20% dengan menggunakan otak kiri. Artinya, EQ jauh lebih bernilai daripada IQ. Karena otak kanan berbicara tentang imajinasi, action, kreativitas dan produktivitas. Dan perusahaan-perusahaan manapun, saat mencari leader dan marketer, tentunya lebih mengutamakan orang-orang yang dominan otak kanannya. Pengalaman jauh lebih diutamakan. Karena yang menghasilkan profit bagi perusahaan manapun, itu berasal dari pekerja di lapangan, merekalah marketer (yang menjual brand dan produk perusahaan), sedangkan yang dominan otak kiri ditempatkan di dalam ruangan (kantor), sebagai akuntan, kasir dan tim audit. Mereka tugasnya mengatur dari dalam dan hasil yang diciptakan orang-orang kanan (baca: para marketer).
Sejauh ini semakin jelas, bahwa otak kanan jauh berperan aktif dalam keberhasilan. Otak kiri gimana? Tentu saja juga penting, hanya sebagai orang lapangan, cukup sekadarnya menggunakan otak kiri. 'Kan bisa dengan mencari yang IQ-nya bagus, tinggal diberikan lapangan pekerjaan kepada mereka. Selesai!
Nah, coba kalau orang lapangan terlalu kiri, apa saja pasti dipikir sebelum melangkah. Memikirkan kerugian, kebangkrutan, penolakan, dan banyak hal. Makanya, orang yang dominan otak kiri, mereka mikir-mikir dulu kalau diajak jadi businessman. Kenapa?
- Takut rugi, katanya. Padahal untung saja belum.
- Takut gagal. Padahal belum sukses udah takut.
- Takut miskin. Padahal jadi kaya saja belum. Hehehe.
Begitulah uniknya otak kiri, lebih banyak berpikir daripada action.
Bagaimana dengan otak kanan? Mereka action terlebih dahulu, sambil action mereka baru mikir. Artinya, learning by doing. Bertindak sambil belajar. Nah, jauh lebih cepat terjadi transaksi. Otak kiri, mikir dulu baru melangkah. Istilahnya, think then do! Kalau kebanyakan mikir, akhirnya nggak jalan-jalan. Hehe.
Ada pepatah mengatakan, "Malu bertanya, sesat di jalan."
Betul nggak pepatah di atas? Betul.Tapi, kalau kebanyakan tanya, nggak bakal jadi jalan. Hehe.
Albert Enstein saja telah meng-amin-kan, bahwa "Imajinasi itu jauh penting daripada ilmu pengetahuan."
Imajinasi itu otak kanan. Ilmu pengetahuan itu otak kiri. Bahkan sebuah gambar jauh lebih bermakna daripada 1000 kata. Artinya, sebuah gambar bisa memiliki makna 1000 kata jika diterjemahkan. Right?
Jadi, nggak bisa dielakkan lagi, saatnya mengembangkan kembali pendidikan otak kanan. Ekstrakurikuler di sekolah adalah solusi agar siswa-siswi tetap bisa mengasah otak kanan mereka. Dan tidak hanya terpacu dengan berlomba-lomba mengharap beasiswa karena ranking yang bagus. Kalau otak kanan terasah, kemandirian dapat lahir dari diri setiap orang. Kreativitas muncul, mereka pun produktif, mereka bisa menghasilkan karya. Nggak hanya mengharapkan dari sistem yang ada. Inilah era otak kanan, eranya kemandirian, eranya dunia sosial, baik media sosial maupun media chat. Mereka yang menguasai dunia adalah mereka yang memaksimalkan otak kanannya. Mempekerjakan otak kiri. Karena sekarang bukan lagi zaman yang besar mengalahkan yang kecil, tapi sekarang zaman yang cepat mengalahkan yang lamban. Apakah Anda siap mengasah otak kanan Anda? Selamat berpetualang!
Salam kanan, salam Sukses Berkah.
Sarwandi Eka Sarbini, S.IP.
(Mr. Magicvator)
------------------
Untuk tanya jawab, silakan bergabung di facebook saya: Sarwandi Eka Sarbini
Atau juga bisa via twitter: @Wanditata
Simak Video Motivasi, "Kenapa mesti GILA mewujudkan IMPIAN?"
Salah satu Jadwal Training Otak Kanan, Smart Brain.